Latest News

Monday, 30 May 2011

MAHALNYA SEBUAH NASIHAT

Mahalnya Sebuah Nasihat


Setelah seluruh Israel melihat, bahwa raja tidak mendengarkan permintaan mereka, maka rakyat menjawab raja: "Bagian apakah kita dapat dari pada Daud? Kita tidak memperoleh warisan dari anak Isai itu! Ke kemahmu, hai orang Israel! Uruslah sekarang rumahmu sendiri, hai Daud!" I Raja-raja 12:15
Ketika menyusuri pajangan koleksi di Gramedia, Saya menemukan satu buku yang menarik dan bersinggungan dengan kehidupan pelayanan.  Buku ini judulnya: 'Motivating People', ukurannya kecil, tipis, tetapi cukup mahal.  Boleh dikatakan yang mahal bukan bukunya, tetapi nasihat yang terkandung di dalamnya.
Nasihat yang bijaksana tidak secara otomatis diperoleh oleh orang kaya, berkuasa, pun  pandai.  Lihat saja Rehabeam yang baru diangkat menggantikan almarhum papanya yang bijak: Salomo.  Rehabeam mendapat dua nasihat, dari orang yang berpengalaman dan teman-teman sebayanya.
Nasihat para tua-tua adalah memperhatikan rakyat dan sungguh mau melayani mereka.  Nasihat teman-teman sebayanya adalah menanggapi aksi dengan reaksi.  Rakyat yang mengeluh dan bicaranya tidak enak didengar harus ditanggapi emosional dan dijajah bila perlu sambil dicekik.  Sebuah pola otoriter yang bertolak dari demi kepentingan dan kepuasan diri.
Rehabeam yang lebih mendengarkan nasihat teman sebaya bak menanggapi api dengan minyak.  Akibatnya kerajaan Israel terpecah dan Rehabeam sendiri hampir mati terkena kerusuhan.  Nasihat yang bijak mahal harganya, namun besar untungnya.  Nasihat yang buruk enak didengar bahkan murah, tetapi sangat besar ruginya.
 Ada orang yang memilih pasangan hidup atas dasar nasihat kaya dan kelihatan baik.  Sesudah menikah ternyata pasangannya pelit dan jahat.  Ada remaja yang mengikuti nasihat temannya: menyontek.  Katanya cara tercepat dan mudah untuk dapat nilai baik.  Begitu ketahuan bukannya nilai baik, tetapi dapat nol dan diskors.  Belum lagi tanpa sadar ia sedang membentuk  mental menggunakan segala cara tidak jujur untuk capai tujuan.  Ada orang yang mengikuti nasihat 'dalam dagang harus ada tipu-tipu sedikit supaya cepat kaya'.  Setelah sekian lama menipu, ia kehilangan banyak pelanggan, nama baiknya jatuh dan hidupnya kacau.
Pernakah Anda mengetahui istilah gema?  Jika seorang berdiri di puncak bukit dan berteriak: 'saya mau maju!'  Tidak lama kemudian akan terdengar echo (gema): 'maju.. maju..!'.  Ini adalah pantulan suara dari apa yang kita teriakkan.  Apa yang kita tabur akan kita tuai.  Tidak mungkin ketika Anda berteriak:'saya mau maju!'  Tidak lama terdengar gema: 'saya juga..!'.
Nasihat bijaksana mahal harganya.  Dikatakan mahal karena yang namanya keberhasilan harus dikerjakan dengan kerja keras dan di dalam kebenaran.  Jikalau kita menabur yang baik dan benar di dalam Tuhan, kelak kita akan menuai hasilnya dengan menggembirakan.  Di sekitar Anda mungkin banyak nasihat, tetapi hati-hati jangan sampai Anda memilih nasihat yang buruk.  Pilihlah nasihat yang baik dan di dalam Kristus (Filipi 2:1).  Nasihat yang baik memang mahal, tetapi bukannya mustahil untuk didapat dan dikerjakan.

Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp 

Thursday, 26 May 2011

GOOD DAY OR BAD DAY



GOOD DAY OR BAD DAY?
Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu
jalan yang harus kautempuh;
Aku hendak memberi nasihat,
mata-Ku tertuju kepadamu. Mazmur 32:8

Masih ingatkah Anda, hari yang bagaimanakah di sebut hari yang tidak menyenangkan?  Bagi beberapa orang, hari yang tidak menyenangkan atau bad day adalah waktu di mana ban mobil/motor bocor pada saat pergi ke tempat kerja.  Bagi sebagian orang adalah waktu di mana atasan menegur dengan keras atas kegagalan kecil pekerjaan.  Bagi sejumlah siswa adalah hari ketika mendapat nilai jelek atau tidak naik kelas.
Semua orang dapat melalui bad day, tetapi tidak semua orang bisa mengambil hikmah dari peristiwa yang tidak menyenangkan ini.  Ada orang yang justru menyalahkan orang lain atas tindakan yang salah yang diambilnya. 
Saya pernah mendengar seorang pemabuk yang menyalahkan bossnya karena menegurnya sering terlambat masuk kerja.  Ada juga orang yang tidak bisa kendalikan emosi dan ngamuk besar lantaran konflik dengan orang lain.  Ia menyebut bukan salahnya apabila emosinya meledak.  Seolah-olah tanggung jawab atas emosinya ada pada orang yang bersalah padanya.
Pemazmur Daud mengalami bad day di suatu waktu.  Ia merasa tidak tenang hatinya karena berdosa di hadapan Tuhan.  Hari buruknya berubah menjadi hari baik ketika Daud mengaku pemberontakkannya pada Tuhan dan meminta pengampunan dosa.  Hanya pada saat seseorang siap bertanggung jawab atas perbuatan, emosi dan sikapnyalah, ia mulai dipulihkan.
Ketika Daud menuliskan kelegaan, sukacita dan rasa tenangnya, ia menyadari keberadaan Tuhan yang siap menuntun dan memperhatikan langkah-langkah hidupnya.  Tuhan menberikan pengajaran terbaik bagi  orang percaya di setiap langkah harinya.  Ia mau memperhatikan dan memberikan nasihat bagi anak-anak-Nya.
Ketika kita memulai hari, langkah apakah yang hendak kita tempuh?  Langkah terburu-buru?  Pemikiran serba sibuk mengenai kegiatan dari pagi hingga malam?  Ataukah kita memulai hari dengan doa dan merenungkan Firman Tuhan?  Adakah kita berdoa memohon pimpinan Tuhan agar dibuatnya berhasil setiap kegiatan sepanjang hari dan boleh memuliakan nama-Nya?
Hari yang menyenangkan (good day) maupun hari yang tidak menyenangkan (bad day) dapat terjadi pada setiap orang.  Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapi hari yang terjadi bersama Tuhan.  Hidup ini bak belajar.  Setiap peristiwa hidup adalah materi pelajaran yang diberikan, dan Tuhan adalah Pengajarnya.  Jikalau kita dengan rendah hati bertanya pada-Nya: 'Tuhan tunjukkan apa kehendak-Mu atas hari ini?  Apa yang Engkau ingin aku pelajari melalui peristiwa hari ini?', maka dengan senang hati Tuhan akan membentuk hidup kita.  Selamat belajar hidup!


Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp 

Sunday, 22 May 2011

DOA KEBANGUNAN ROHANI


DOA KEBANGUNAN ROHANI
Ya TUHAN, Allah Israel, Engkau maha benar, sebab kami masih dibiarkan tinggal sebagai orang-orang yang terluput, seperti yang terjadi sekarang ini. Lihatlah, kami menghadap hadirat-Mu dengan kesalahan kami. Bahwasanya, dalam keadaan demikian tidak mungkin orang tahan berdiri di hadapan-Mu." Ezra 9:15

Siapa yang tidak ingin terjadi kebangunan rohani di gereja dan masyarakatnya?  Inilah yang dialami oleh Ezra bersama orang-orang Israel yang merendahkan diri di bait Allah sambil menangis.
Pemulihan dari Allah kepada bangsa Israel yang tercecer sudah berjalan lebih dari 128 tahun sejak pembuangannya di Babel.  Tahun 538 Tuhan menyatakan kemurahannya dengan membawa dan membangunkan mereka di Yerusalem.
Sekalipun Tuhan bermurah hati dan sangat mengasihi orang-orang Yahudi, tetapi tetap saja mereka cenderung mencondongkan hatinya kepada ilah dan tidak menjaga kekudusan hidup.  Kebobrokan ini diresponi Ezra dengan doa pertobatan dari hatinya yang terluka dan berduka karena dosa Israel.  Bagaimana tidak, lebih dari 80 tahun sejak pemulihan yang dikerjakan Tuhan, bangsa Israel masih saja membelakangi Tuhan.
Doa Ezra yang dipanjatkan dari hati nurani terdalam dan dengan kesungguhan yang nyata, telah membuat orang-orang Israel bertobat dan merendahkan diri di hadapan Tuhan.  Suasana waktu itu sungguh haru dan luar biasa terjadinya kebangunan rohani di Bait Allah.
Apa yang terjadi dengan doa Ezra?  Sekilas cuplikan ayat terakhir dari kitab Ezra pasal 9, menggambarkan teologi doa yang mantap dari seorang hamba Tuhan bernama Ezra.
Pertama, Ezra menaikkan doa syafaat mewakili Israel hendak meminta pengampunan dosa.  Ezra tidak memulai dengan kata: 'dosa mereka' tetapi 'dosa kami'.  Ezra menyadari kebejatan moral dan segala penyimpangan pun tidak luput dengan dirinya.  Ezra memiliki andil atas kegagalan bangsa Israel menjaga hidup benar di hadapan Tuhan.
Ke dua, Ezra menyimpulkan doanya dengan suatu kesadaran bahwa Tuhan yang berdaulat masih memberikan kesabaran bagi umat-Nya untuk bertobat.  Inilah suatu sikap merendahkan diri atau lebih tepatnya tahu diri bersikap di hadapan Tuhan.  Ezra mencari Tuhan di dalam kesadaran penuh akan anugerah-Nya.
Ke tiga, Ezra menaikkan pengakuan dosa atas Israel dengan penuh kesedihan dan penyesalan.  Ezra tidak segan-segan merobek jubanya sebagai tanda penyesalan dan kedukaan.  Ezra sadar tanpa pengakuan dosa, tidak mungkin umat Tuhan dapat layak datang di hadirat Tuhan.
Melalui doa Ezra terjadi kebangunan rohani yang luar biasa pada waktu itu.  Orang-orang Israel dari yang tua hingga muda, kemudian menangis dan menyadari dosa mereka.  Pengakuan dosa dan perubahan menjadi komitmen mereka yang hatinya hancur dan ingin dipulihkan Tuhan.
Jikalau kita rindu terjadi kebangunan rohani di gereja dan masyarakat kita, maka harus dimulai dari diri kita sendiri.  Mengaku dosa, menyesalinya, bertobat dan mau belajar mengikuti kehendak Tuhan.  Kiranya Tuhan menolong kita.  Amin.


Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp 

Wednesday, 18 May 2011

DIRANCANG UNTUK DIA





DIRANCANG UNTUK DIA

karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu,
yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan,
baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa;
segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Kolose 1:16
Ketika sedang menunggu boarding di dalam pesawat, saya melihat  seorang pramugari berbicara kepada penumpang yang sedang mencari tempat duduknya: 'Bapak, pesawat menuju Jakarta ada di sebelah.  Bukan di sini!'
Kontan saja, calon penumpang yang salah pesawat turun dan berganti pesawat.  Tidak berapa lama kemudian, penumpang lain yang sudah duduk bertanya kepada pramugari: 'Permisi, pesawat ini menuju ke Makassar kan?'  'Iya pak.'  Jawab pramugari itu.  Dengan tenang dan meregangkan kaki, bapak itu kemudian asyik berbicara dengan penumpang di sebelahnya.
Semua orang ingin menaiki pesawat yang benar sebab mereka memiliki tujuan yang jelas dari dan hendak ke mana.  Demikian pula hidup ini harus memiliki tujuan yang jelas. 
Banyak orang hidup tetapi tidak memiliki tujuan yang jelas.  Hanya sekedar hidup dan mencari penghasilan untuk kaya.  Sebagian orang lain hidup dengan tujuannya sendiri menurut apa yang dia suka dan mau.
Firman Tuhan mengingatkan kepada kita apa arti dan tujuan hidup manusia.  Bukan dengan maksud dan tujuan sendiri yang dibuat, tetapi berdasarkan tujuan Tuhan.  Paulus menjelaskan arti dan tujuan hidup adalah bagi Dia yang menciptakan segala sesuatu di dalam, di luar dan semua yang ada dalam alam semesta.  Tuhan yang menciptakan dan sewajarnya pula ciptaan itu dirancang untuk kesenangan Pencipta-Nya.
Paulus membicarakan tujuan hidup manusia harus berakar pada Kristus yang sudah ada sebelum permulaan jaman, yang menebus dosa manusia sebelum manusia sadar dan mengenal pertobatannya, yang tetap ada sampai selama-lamanya.
Arti dan tujuan hidup manusia harus diarahkan untuk menyenangkan Pencipta, yakni: mengenal dan mengasihi Kristus!  Jikalau kita mengarahkan hidup kita hari ini dengan suatu hasil lebih mengasihi dan mengenal Kristus, maka hidup kita disebut sukses.  Jikalalu hari-hari kita lalui tetapi tidak membuat kita lebih kenal Kristus dan mengasihi-Nya, maka kita gagal berfungsi sebagaimana rancangan awal kita diciptakan.
Jikalau segala sesuatu diciptakan untuk kemuliaan Tuhan, bukankah inilah arah hidup yang harus kita capai hari ini?  Mari kita pikirkan apa saja yang kita akan rencanakan hari ini.  Apakah itu memuliakan Tuhan?  Apakah itu membuat kita berbuat baik dan orang-orang di sekitar merasakan kehadiran garam dan terang?  Mari kita berdoa agar Tuhan memampukan kita untuk dapat mengasihi dan lebih mengenal Dia.  Amin.

Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp 

Friday, 13 May 2011

RAHASIA MELEWATI DUKACITA


RAHASIA MELEWATI DUKACITA GANTI SUKACITA
(Baca: Habakuk 3:1-19)


ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.  Habakuk 3:19


Apa yang terjadi ketika Anda sedang terlilit banyak masalah?  Pada umumnya orang akan mengeluh dan bertindak.  Ada orang yang kemudian bertindak meninggalkan Tuhan dengan berpikir: 'Tuhan tidak adil!  Kenapa semua ini diijinkan terjadi dalam hidupku.  Kalau Tuhan itu kasih seharusnya tidak terjadi begini.'  Ada juga orang yang justru sebaliknya: berkeluh tetapi justru semakin memperkuat kepercayaan akan Tuhan yang berdaulat dan menjadi perlindungan dirinya.
Inilah yang dilakukan oleh Habakuk di tengah situasi keruntuhan bangsa Israel akibat penjajahan.  Habakuk melihat penglihatan dan pemahaman mengenai apa yang terjadi di masanya dan masa akan datang.  Habakuk menuliskannya dalam sebuah nyanyian ratapan.  Nyanyian ini bukan bernada keputusasaan tetapi pengharapan akan kekuasaan Tuhan atas semesta.
Ada perbedaan mendasar antara senang dan bersukacita.  Orang yang senang adalah keadaan emosi di mana ia mendapatkan sesuatu yang diharapkan.  Misalnya seorang remaja sangat ingin mempunyai sebuah komputer, kemudian setelah beberapa bulan orang tuanya membelikan sebuah lap top.  Remaja ini akan sangat senang.
Orang yang sukacita adalah keadaan di mana ia menaruh imannya bukan pada apa yang terjadi di luar dirinya, tetapi apa yang di dalam dirinya, yaitu: bagaimana ia menaruh harapan kepada Tuhannya.  Misalnya seorang ibu yang keguguran kandungan dan bayinya yang berusia 5 bulan meninggal dunia.  Ibu ini sangat sedih dan berkeluh, tetapi ia tidak berhenti di sana.  Ibu ini tetap mempercayai Tuhan punya maksud dan waktu sendiri.   Ia mengharapkan penghiburan dan kekuatan dari-Nya.  Ibu ini mendapatkan penghiburan di dalam kedukaan.  Dukacita itu akan digantikan dengan sukacita karena Tuhan yang menolongnya.
Paulus ketika menulis surat Filipi yang terkenal dengan nada sukacita justru ditulisnya pada saat ia berada dalam banyak kesulitan.  Paulus menuliskan surat Filipi di penjara yang gelap; lembab; bau dan saya membayangkan ditemani dengan kecoak dan tikus-tikus.  Pada umumnya orang menyebut keadaan Paulus adalah dukacita, tetapi justru sukacita yang ada pada Paulus karena Tuhanlah yang menjadi sandarannya.
Bagaimana keadaan kita saat ini?  Apakah emosi Anda ditentukan oleh kejadian dari luar dan memperbudak diri Anda?  Ada orang yang saling bunuh karena ketersinggungan perkataan.  Ada orang yang meninggalkan Tuhan, gereja dan tidak pelayanan karena tidak mendapat pekerjaan. 
Sedih dan berkeluh atas peristiwa yang tidak diharapkan adalah wajar, tetapi janganlah sampai ini membuat kita kehilangan kendali atas hidup ini.  Habakuk bersedih dan berkeluh atas keadaan Israel, tetapi ia tidak membiarkan dirinya di dalam kekecewaan dan tindakan reaktif.  Habakuk justru menaruh kepercayaan pada Tuhan Penyelamat dan Pemberi Kekuatan.  Habakuk memang berduka, tetapi kemudian ia bersukacita.  Ia telah memperkuat iman percayanya.  Ia melanjutkan hidup!  Kiranya Tuhan menolong kita melewati dukacita dan menaruh pengharapan kepada Tuhan yang hidup.  Amin.

Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp