Latest News

Sunday, 24 February 2013

KARIER SEPERTI APA YANG TUHAN MAU?









Karier Seperti Apa yang Tuhan Mau?
 
(Baca: Kejadian 4:1-7 )

Saya menjumpai banyak anak muda yang bingung dengan jurusan yang hendak diambilnya.  Beberapa diantara mereka belum mengetahui karier hidup seperti apa yang menjadi panggilan hidupnya.  Beberapa orang lain masih memikirkan jurusan apa yang cocok dan tepat buat studi di jenjang kuliah mereka.  Sementara yang lain bahkan tidak tahu setelah sekolah mau ke mana dan akan berbuat apa, bahkan bakat dan keinginan hidupnya pun hampir-hampir tidak ada.
Sebenarnya apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita?  Jurusan karier apa yang Tuhan mau dari manusia ini?  Bagaimana menjalani panggilan hidup dalam berkarier?  Inilah sebagian pertanyaan yang tidak pernah usang oleh generasi muda yang mulai bertumbuh dewasa.
Belajar dari kehidupan Kain dan Habel, tentulah kita mengetahui bahwa Adam rupanya belajar banyak hal sejak dikeluarkan dari Taman Eden.  Adam belajar bertani, bercocok tanam, mengembalakan ternak dan bisa jadi keterampilan hidup (life survive)  lain yang terjadi ratusan tahun demi ratusan tahun.  Secara logis, tentunya Adam mengajarkan keterampilan hidup ini kepada anak-anaknya.
Menarik apa yang dicatat Alkitab sehubungan dengan karier yang digeluti oleh Kain dan Habel adalah berbeda satu dengan yang lain.  Kain menggeluti karier sebagai pengusaha perkebunan sementara Habel menggeluti karier sebagai pengusaha ternak.  Kedua anak Adam telah menjalankan spesifikasi masing-masing berdasarkan keinginan dan keputusan pribadi, dan bisa jadi juga spesfikasi mereka berdasarkan konsultasi dengan ayahnya.
Bila melihat rentetan kehidupan manusia ke depan, maka banyak dijumpai bahwa semakin banyak karunia lain yang Tuhan berikan dan perlengkapi untuk karier hidup manusia (Kejadian 4:20-21; I Korintus 12:1-11; Efesus 4:1-16).  Semua usaha dan karier hidup manusia bukan semata-mata membangun dan mengembangkan diri, tetapi untuk kemuliaan Tuhan.  Untuk kehidupan yang dirancang dan dipersiapkan oleh Allah-lah, manusia mengerjakan segala bentuk kariernya (Efesus 2:10).
Dalam perkembangannya, Kain dan Habel sama-sama mengetahui bahwa karena hidup ini berasal dari dan untuk Tuhan, maka sudah sepantasnyalah mereka memberikan persembahan kepada-Nya.  Rupanya Tuhan hanya menerima persembahan Habel sementara persembahan Kain tidak diterima-Nya.  Alkitab tidak menyebut secara jelas dan rinci alasan persembahan Kain tidak diterima oleh Allah.  Ada kemungkinan Kain tidak memberikan persembahan yang terbaik.  Bisa jadi Kain memberikan dengan hati yang tidak tulus dan rela kepada Tuhan.  Apapun bentuk perbuatannya, motivasi Kain adalah salah dalam memberikan persembahan.
Berdasarkan pengalaman Kain dan Habel di atas, setidaknya ada beberapa hal yang dapat kita perhatikan sehubungan dengan karier hidup manusia:  Pertama, spesifikasi adalah karier yang dicontohkan Alkitab sejak generasi pertama kehidupan.  Di masa lalu di Indonesia ada kecenderungan seseorang bisa mengerjakan semua hal adalah baik.  Tidak ada spesifikasi khusus.  Pelajaran di sekolah dengan kurikulum sebanyak mungkin dan seluas mungkin.  Sehingga banyak orang yang bisa banyak hal tetapi tidak sungguh-sungguh profesional atau terampil dalam bidang tertentu. 
Sementara di negara-negara barat sudah diarahkan sejak muda bahwa masing-masing orang harus mendalami dan mengembangkan bakatnya.  Semakin spesifik semakin baik pula kariernya.  Melalui iklim spesifikasi inilah lalu melahirkan banyak profesional di bidang masing-masing.
Memang tidak dapat dipungkiri, tidak semua keahlian dibutuhkan dan menjadi karier yang menghasilkan banyak uang.  Di negara-negara maju ada banyak bidang yang dibayar tinggi, dihargai dan dibutuhkan.  Sementara itu di negara-negara berkembang seperti Indonesia, sejumlah bidang belum dihargai dan dibayar tinggi meski sangat dibutuhkan.
Permasalahan sekarang adalah apakah hakikat dari karier itu sendiri?  Hakikat dari seseorang berkarier adalah panggilan hidup dari Tuhan untuk dia kerjakan berdasarkan talenta yang telah dibawanya sejak lahir.  Talenta atau bakat ini harus dipelajari, dikembangkan dengan maksimal oleh masing-masing pribadi.  Inilah yang Tuhan mau dari karier kita, spesifikasi.
Kedua, hal berkarier yang Tuhan mau adalah harus dikerjakan dengan motivasi yang tepat.  Banyak orang berkarier di bidang tertentu karena lagi tren dan menghasilkan banyak uang.  Padahal setiap orang diciptakan dengan bakat yang berbeda, unik dan masing-masing ada panggilannya sendiri.
Motivasilah yang menentukan karier seperti apa ditekuni dan dikembangkan.  Motivasi yang membuat hasil karya kita diterima oleh Tuhan.  Semua masalah kesuksesan berakar dari motivasi yang benar dan berujung pada persembahan bagi kemuliaan Tuhan.  
Bakat yang hanya dipendam tidak akan memberkati siapapun.  Bakat yang hanya digunakan untuk kepentingan pribadi apalagi ketamakan diri adalah mencoreng panggilan berkarier yang sesungguhnya.  Karier barulah disebut karier ketika dikerjakan dengan sungguh dan dipersembahkan untuk Tuhan, yang pada akhirnya memberkati sesama pula.

Motivasi Kain salah dan ditolak oleh Tuhan, motivasi Habel benar dan diterima oleh Tuhan.  Masalah utama buka pada tanaman atau hewan ternak tetapi dari hati yang memberi persembahan.  Baik Kain maupun Habel punya panggilan spesifikasi masing-masing, tetapi mereka harus memiliki motivasi yang sama: yang terbaik untuk kemuliaan Tuhan.
Masalah berkarier tidaklah selalu semudah membalik tangan.  Mencari dan menemukan bakat yang diberikan Tuhan membutuhkan proses.  Seseorang perlu mencoba berbagai bidang, mengevaluasi  hidupnya, mengikuti tes karier/bakat, berkonsultasi dengan pakar serta menggumulkannya bersama Tuhan.

Spesifikasi adalah tingkat lanjutan dari pencarian bakat/talenta.  Seseorang mungkin saja menyukai dan berbakat di kedokteran, tetapi bukan berarti berhenti di sana.  Spesifikasi berarti menggumuli dan menindaklanjuti bakatnya dengan lebih dalam.  Bila di kedokteran, maka spesifikasi bisa di ahli bedah atau psikiatri atau penyakit dalam atau ahli saraf, dsb.
Ketika semua tengah dijalani, janganlah lupa bahwa Tuhan yang memberi dan Tuhan pula yang punya rencana yang terbaik untuk masa depan dan panggilan hidup kita.  Oleh sebab itu, selalu libatkan Tuhan di dalam doa, saat teduh maupun praktik berkarier.  Di dalam setiap usaha yang dilakukan untuk Tuhan, maka Tuhan akan memberkati dan memakai untuk kemuliaan-Nya.  Tuhan memberkati.

Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp