Latest News

Monday, 31 March 2014

WANI PIRO?





WANI PIRO ?
(Baca: Markus 1:16-20)
Ketika merenungkan Markus 1:16-20, saya teringat pada frasa bahasa Jawa, "wani piro?" (artinya: Berani bayar berapa?)  Apakah ikut Yesus itu nekad-nekadan?  Apa sebanding dengan masa depan yang didapatkan?  Kampanye Capres saja berani beri Rp.50.000 untuk  puluhan ribu orang,  bagi-bagi becak, motor, banyak hadiah, asuransi gratis, ditambah makan siang dan itu belum termasuk "kursi panas" & proyek besar.  Capres kampanye naik helikopter, pesawat dan jet pribadi.  Yesus jalan kaki, tidak pegang uang, sesekali naik keledai. Bisa jadi orang akan bertanya, "Yesus berani bayar berapa untuk "kampanye"  kerajaan Allah?"
 Yesus memanggil Simon, Andreas, Zebedeus dan Yohanes untuk menjadi penjala manusia dan meninggalkan pekerjaannya sebagai penjala ikan dibilangan Danau Galilea.  Sebelumnya Alkitab mencatat mujizat Yesus lewat ikan berlimpah di perahu  (bandingkan Matius 4:18-22 dan Lukas 5:1-11).  Mereka bukan saja kagum, gembira, tetapi juga meninggalkan segala sesuatu dan keliling pelayanan mengikut Yesus. Kenapa? Karena Yesus adalah Tuhan, yang sakit sembuh, yang buta melihat, yang lumpuh berjalan, yang lapar dikenyangkan, mati dibangkitkan, dosa diampuni dan Yesus bayar harga total dirinya sampai mati di kayu salib.
Jelas mengikut Yesus bukan tentang uang, harta apalagi jabatan, tetapi tentang hidup yang penuh, sukacita, damai sejahtera, menjadi manusia yang sesungguhnya dan kebemermaknaan yang kekal. Ketika dunia mengatakan, Wani piro? Yesus menjawab, "Total!"  Ketika Yesus bertanya, Wani piro?  Apa jawab Anda?

KETIKA DUNIA MENGATAKAN �WANI PIRO�? YESUS MENJAWAB, �TOTAL!�.  KETIKA YESUS BERTANYA, �WANI PIRO?� APA JAWAB ANDA?

 Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp

Monday, 24 March 2014

UANGMU UANGKU


UANGMU UANGKU
(Baca: Matius 25:14-30)

-Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan.  Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (Matius 25:29)







Ada beberapa tipe orang menyikapi harta.  Pertama di sebut individualisSemboyan hidupnya "uangku adalah uangku dan uangmu adalah uangmu".  Tidak ada yang dirugikan dan jangan coba-coba merugikannya.  Orang kedua disebut preman.  Pedoman hidupnya bebas.  Bebas?  Ya bebas!  Bebas mengambil, memukul dan merampok.  Semboyan hidupnya "uangmu adalah uangku".  Tipe ketiga disebut komunis.  Prinsip hidupnya "semua uangku uangmu, semua uangmu uangku."  Hidupnya dihabiskan sebisa mungkin sama rata, sama susah akhirnya sama membingunkan karena pedoman hidup ini hanya idealis semata.
Tipe ke empat disebut pengikut Tuhan (Matius 25:14-15). Moto hidupnya adalah hidup ini milik Tuhan dan akan dipertanggung jawaban kepada-Nya kelak.   Sekilas mirip seperti komunis tetapi jauh berbeda dasar dan implikasinya.  Ia dapat menikmati hidup sesuai berkat yang diterima dari kerja kerasnya secara benar dan ia percaya TUHAN!
Perumpamaan kerajaan Sorga seperti 3 orang hamba yang dipercayakan harta (talenta) berbeda oleh majikannya (Matius 25:14-30).  Kedua orang menghasilkan talenta lebih lagi tetapi orang terakhir menaruh prasangka negatif terhadap majikannya dan celakanya tidak menghasilkan talenta apapun.  Sebenarnya yang disoroti bukan membandingkan keadaan diri dengan orang lain tetapi sikap tidak bertanggung jawab.  Sikap hamba terakhir disebut jahat dan malas karena tidak percaya Tuhan Yesus  dan berpikiran negatif tentang-Nya.  Sikap hati yang membuatnya rugi dan binasa.

Anda tipe orang ke berapa? Hari ini Tuhan memberikan kesempatan hidup kepada kita sesuai dengan keadaan masing-masing.  Iri hati bukan sikap yang tepat.  Tuhan sanggup memberikan berkat lebih lagi kepada Anda dan saya. Ingat kelak Tuhan akan bertanya, "Apa yang sudah kau lakukan untuk-Ku?  Apa ada gunanya Aku menciptakan dan membiarkanmu hidup sekian lama itu?"


BERKAT YANG PALING BESAR DALAM HIDUP INI TIDAK DITENTUKAN OLEH BARANG MAHAL DAN MEWAH TETAPI RASA SYUKUR BISA MENIKMATI ANUGERAH TUHAN.


Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp 

Monday, 17 March 2014

SUKA SUKA TUHAN






SUKA SUKA TUHAN
(Baca Matius 20:1-16)
Suka suka Tuhan mau bagaimana dan seperti apa keadaan kita, yang penting kita memastikan tidak ada iri hati terhadap keadaan orang lain, benci, dendam, ataupun dosa lain yang menyertai.  Yesus memberikan perumpamaan tentang fakta Kerajaan Sorga adalah seperti bossyang punya usaha dan memberikan berkat kepada orang yang keadaanya hopeless (tidak ada harapan).
Para pekerja yang direkrut oleh pengusaha kebun anggur adalah dari jam 4 subuh, 9 pagi, 12 siang, 3 petang dan 5 sore hari yang mana semua pekerjaan akan berakhir pukul 6 sore.  Kesepakatan adalah pekerja mau bekerja dan akan dibayar apa yang dianggap pantas oleh boss.  Mereka semua sudah deal tetapi ketika yang bekerja paling sedikit waktunya mendapat sama banyak dengan yang bekerja paling banyak waktunya, mereka bersungut-sungut dan tidak terima dengan fakta ini.
Menarik apa yang dikatakan oleh Yesus (Matius 20:15) bahwa Tuhan berhak atas ciptaan-Nya dan bahwa sikap hati manusia seringkali menjadi penyebab konflik di pekerjaan manapun, keluarga, sekolah, persahabatan atau lingkungan.  Seringkali kita lupa bahwa Tuhan yang ciptakan kita dan berhak untuk memberi keadaan apapun.  Bagian kita adalah berusaha dengan rajin, bertanggung jawab dan sebaik mungkin untuk kehidupan, tetapi bagian Tuhan adalah menentukan dan sekaligus memberkati.  Sikap iri hati terhadap "nasib" (baca: keadaan) orang lain membuat kita tidak mensyukuri berkat Tuhan.
Suka suka Tuhan mau berbuat apa dalam hidup ini, yang penting kita kerjakan bagian kita sambil mawas diri terhadap suara hati yang tidak baik, jahat dan salah.  Kiranya Tuhan terus menyadarkan kita betapa besar berkat-Nya dalam hidup kita.  Immanuel.



SUKA SUKA TUHAN MAU APA DENGAN KEADAAN KITA, JANGAN MERASA BERHAK UNTUK SESUATU YANG SEBENARNYA KITA TIDAK LAYAK.

 Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp

Sunday, 9 March 2014

40 KM BERSAMA TUHAN


40KM BERSAMA TUHAN
(Baca: Yunus 3:1-10)

"Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya." Yunus 3:10










Apa yang kesan Anda mendengar "kota besar"?  Gedung-gedung pencakar langit, teknologi canggih? Kalau saya terbayang kepadatan penduduk dan tingkat kejahatan yang tinggi disamping yang lain-lain.  Kota besar memang seperti gula yang nikmatnya menarik banyak semut datang.  Kerap kali justru di kota besar terdapat kompleksitas besar mulai dari yang positif sampai yang negatif.
Niniwe di jaman Yunus adalah kota besar 3 hari perjalanan luasnya. Bila dihitung rata-rata ukuran tentara romawi marchingsehari adalah 40km maka setidaknya panjang kota Niniwe lebih dari 120km.  Yunus berjalan 40km (mungkin sedikit lari karena bukan tentara) sambil berkhotbah penginjilan sepanjang hari adalah pelayanan yang sangat melelahkan.
Apa yang dilakukan Yunus boleh dikatakan contoh dasar ilmu berkhotbah (homiletik) yang sederhana sekaligus tepat.  Dikatakan sederhana karena tidak memakai penjelasan panjang bertele-tele.  Dikatakan tepat karena tajam menusuk ke sasaran sesuai isi hati Tuhan. Yunus dipakai Tuhan luar biasa bukan karena kepandaiannya, buka pula karena fasih lidah.  Yunus dipakai Tuhan karena ia mau dan taat.
Setiap kitapun dipanggil Tuhan untuk rencana yang luar biasa indah dan dahsyat.  Tuhan mau memakai setiap orang percaya yang bersedia untuk Tuhan.  Ada kalanya lewat perjalanan yang panjang, sukar dan sulit sebelum kemuliaan Tuhan dinyatakan dan banyak orang diberkati.  Bersediakah Anda berjalan bersama Tuhan dalam ketaatan?

KESEMPATAN YANG SANGAT INDAH DALAM HIDUP SEJARAH MANUSIA YANG FANA INI ADALAH APABILA BOLEH DILIBATKAN DALAM PEKERJAAN  TUHAN.  BERSEDIAKAH ANDA?

Monday, 3 March 2014

CUMA TITIPAN



CUMA TITIPAN
(Baca: Matius 21:1-10)


Hidup ini cuma titipan Tuhan.  Segala yang ada pada manusia, mulai dari tubuh jiwa hingga semua harta kekayaan, jabatan dan bahkan keluarga sekalipun kelak akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
Pagi itu istri saya menitipkan botol minum untuk dibawa rekreasi oleh anak kami.  Sepanjang hari anak-anak gembira bermain.  Sorenya sewaktu  perjalanan pulang, wajah anak kami kelihatan murung dan hampir menangis.  'Kenapa?' tanya saya.  Dengan nada lirih ia menjawab sedih karena disebut tidak tanggung jawab menjaga miliknya sendiri.  Sebenarnya ada dua kesedihan yang menyelimutinya, pertama adalah kehilangan barang miliknya dan kedua adalah teguran orang tua agar ke depan lebih hati-hati menjaga barang yang dipercayakan kepadanya.
Hari ini banyak orang sibuk dengan 'permainannya' hingga lupa hidup bagi Tuhan.  Sebagian orang sibuk 'bermain'  bisnis untuk alasan bertahan hidup atau demi segenggam berlian.  Sebagian 'permainan' itu disebut tender, yang lain menyebutnya karier, dan ada pula yang menyebut sebagai 'nyaleg' atau 'nyapres' yang kesemuanya diulaskan sebagai beribu alasan mulia yang tipis bedanya antara semua ini milikku atau milik Tuhan yang dititipkan. 
Dicatat seorang warga kampung Betfage di Bukit Zaitun memberikan keledainya untuk Tuhan.  Ia adalah orang yang sadar bahwa hidup ini titipan Tuhan (Matius 21:1-7).  Keledai jaman itu adalah alat transportasi yang penting dan sangat berguna untuk keperluan bisnis sehari-hari.  Melalui keledainya ribuan orang bersukacita, mempunyai pengharapan besar dan memuliakan nama Tuhan (ayat 8-10).  Tidak ada kehormatan dan keberhasilan penuh dalam hidup ini kecuali sadar hidup ini cuma titipan.


HIDUP INI CUMA TITIPAN TUHAN.  ORANG YANG MENGHIDUPINYA TENGAH MENGERJAKAN KEBERHASILAN PENUH.