PAKAIAN PUTIH
(Baca: Wahyu 3:1-6)
Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
Wahyu 3:4Pakaian apa yang paling suka Anda kenakan? Konon warna dan bentuk pakaian menggambarkan keadaan seseorang. Sebagai contoh: orang yang memakai baju warna kuning; adalah orang yang periang, suka bicara, penghidup suasana tetapi tidak disiplin. Orang yang memakai pakaian merah berorientasi pada tujuan; transparan; dan optimis. Orang yang menyukai warna putih dalam berpakaian biasanya tidak suka konfrontasi, sedangkan orang yang suka mengenakan baju biru biasanya tipe orang pemikir; sensitif; analitif dan introspektif.
Pakaian seperti apa yang Anda biasa kenakan, yang bersih dan rapi walau sederhana atau kotor dan bau tidak sedap? Normalnya, orang lebih menyukai pakaian yang bersih walaupun sederhana. Kebersihan biasanya menghasilkan kenyamanan dan keadaan baik. Sebaliknya, baju kotor dan berbau menyengat menunjukkan ketidaknyamanan dan suasana hati yang kacau/bermasalah.
Perikop kitab Wahyu ini juga membicarakan mengenai pakaian dan hubungannya dengan hidup. Perkataan Tuhan Yesus Kristus ini ditunjukkan kepada jemaat di Sardis karena sebagian dari mereka tidak mengenakan pakaian putih. Tuhan Yesus bahkan menegur mereka yang mencemarkan pakaiannya. Mengapa Kristus mempermasalahkan pakaian seperti apa yang harus dipakai orang Kristen? Apa maksdunya?
Pakaian putih melambangkan hidup kudus. Pakaian kotor melambangkan kehidupan dalam dosa yang belum bertobat dari kesesatan. Di sinilah maksud dari peringatan Tuhan Yesus bagi orang Kristen yang tertidur atau dikatakan sudah mati walaupun masih hidup. Status adalah orang Kristen, tetapi hidup jauh dari kekudusan dan persekutuan dengan Tuhan.
Kristus mengetahui segala sesuatu yang dilakukan oleh setiap manusia. Situasi di jemaat Sardis memang banyak tantangan, khususnya penyembahan berhala dan kecemaran seksual yang dibenarkan penduduk di sana. Kendati demikian, tidaklah seharusnya kematian rohani dan hidup keduniawian dijalani oleh orang Kristen yang sudah pernah mendengar dan menerima pengajaran kebenaran di dalam Kristus.
Bagaimana dengan kehidupan kita saat ini? Apakah kerohanian kita suam-suam, bahkan sudah mati walaupun kelihatannya hidup? Mengetahui kebenaran dan belajar banyak mengenai Alkitab (teologi) tidaklah berarti kerohanian sudah dewasa. Hanya mereka yang mendengar dan mentaati Firman Tuhanlah yang bertumbuh menjadi dewasa rohani.

Source : jeffrysudirgo-blogspot.jp
No comments:
Post a Comment